BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum berasal dari bahasa yunani
berasal dari kata curir yang berarti pelari, dan curere yang
berarti tempat berpacu atau tempat berlomba. Dari dua kata ini kurikulum
diartikan sebagai jarak perlombaan yang harus ditempuh oleh pelari dalam suatu
arena perlombaan. Dalam dunia pendidikan kurikulum bisa diartikan secara sempit
maupun secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan hanya sebagai sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah atau di
perguruan tinggi. Secara lebih luas kurikulum diartikan tidak terbatas pada
mata pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu, kurikulum diartikan merupakan
aktivitas apa saja yang dilakukan di sekolah dalam rangka mempengaruhi anak
dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya kegiatan belajar
mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program
pengembangan pengajaran. Oemar Hamalik melihat kurikulum dari beberapa tafsiran
sebagai berikut: 1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, 2) Kurikulum
sebagai rencana pembelajaran, dan 3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran yang yang berarti dalam kurikulum
terdapat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh serta dipelajari oleh
siswa selama mengikuti kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran pada
jenjang pendidikan tertentu. Dalam pandangan ini mata pelajaran merupakan
pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lalu yang telah tersusun
secara rasional, logis dan sistematis.
Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran merupakan suatu program dan rencana pendidikan yang disesuaikan
untuk membelajarkan siswa. Dengan program dan rencana yang telah dibuat siswa
melakukan aktivitas belajar untuk mengembangkan dan merubah tingkah laku sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rencana pembelajaran yang dibuat
guru harus merancang keterlibatan siswa secara aktif untuk melakukan aktivitas
belajar. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam hal ini kurikulum
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar serta mengembangkan kecakapan
hidup siswa. Kurikulum sebagai pengalaman belajar mengisyaratkan bahwa kegiatan
belajar tidak hanya berlangsung dalam ruangan kelas, akan tetapi juga bisa
berlangsung di luar ruangan kelas. Dengan demikian semua kegiatan belajar yang
dilakukan baik di dalam ruangan kelas maupun di luar kelas disebut kurikulum.[1]
Dari beberapa pengertian diatas maka
kurikulum dapat diartikan secara luas merupakan sejumlah mata pelajaran yang
harus diselesaikan oleh siswa, serta rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru
dan sejumlah pembelajaran belajar yang harus dilakukan oleh siswa.
B.
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
Pada
dasarnya, perkembangan lurikulum di indonesia berpijak dari sejarah
perkembangan di Indonesia itu sendiri. Secara formal, sejak zaman Belanda sudah
terdapat sekolah dan artinya sekolah juga sudah ada. Pada zaman Belanda,
pelaksanaan kurikulum pendidikan dan persekolahan di warnai oleh misi
penjajahan Belanda. Begitu juga dengan kurikulum Jepang, dapat dikatakan
keberadaan atau tujuan pendidikan pada zaman ini adalah untuk menciptakan
sumber daya manusia yang dapat membantu misi penjajahan. Setelah Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, pendidikan di
tanah air terus berkembang, termasuk dalam hal perhatian pemerintah dalam
perkembangan kurikulum. [2]
1. Periode Sebelum Kemerdekaan
Sejarah perkembangan kurikulum pada
masa periode penjajahan, yaitu sejak datangnya orang-orang Eropa yaitu pada
masa kompeni Belanda dan masa pemerintahan Jepang sampai periode kemerdekaan.
Kurikulum pada masa kompeni mempunyai misi penyebaran agama dan untuk
mempermudah pelaksanaan perdagangan di Indonesia. Pada abad 16 dan 17
berdirilah lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya penyebaran agama Kristen di
Indonesia, pendidikan tersebut untuk bangsa Belanda dan pribumi. Dengan adanya
lembaga pendidikan tersebut pihak kompeni merasakan perlunya pegawai rendahan
yang dapat membaca dan menulis. Pada masa Jepang, perkembangan pendidikan
mempunyai arti tersendiri bagi bangsa Indonesia yaitu terjadinya keruntuhan
system pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan utamanya pendidikan pada masa
pendudukan Jepang adalah untuk memenangkan perang.[3]
Pada masa ini munculah sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako selama 6
tahun lamanya, selanjutnya pelajaran berbau Belanda dihilangkan dan Bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar.[4]
2. Periode Sesudah Kemerdekaan
a. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa
kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih
populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum
dalam bahasa Inggris. Asas pendidikan yang ditetapkan adalah Pancasila.
Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran
1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947
sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat
sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya serta garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih
mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada
pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk
tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan
bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung,
Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara,
Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan,
Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama
diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis besar pengajaran pada
saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari.
Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca,
dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari,
bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat bes
berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa
lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan
bagaimana menyambung kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran
lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana
Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat
yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung
bekerja.
b. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada
tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini
diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu system pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di penghujung era
Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana).
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
c. Kurikulum 1964
Setelah tahun 1952, menjelang tahun
1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini
diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasaZ, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan
dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan
dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila. sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
e. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
f. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process
skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan
tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kurikulum 1984
ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
g. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke system
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi
tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
h. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi)
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu
yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya
adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
1.
Hasil
dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna.
2.
Keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
3.
Tujuan
yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
Tahun 2004 pemerintah mengeluarkan
kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetensi.
i. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan
sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK
dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan
karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.[5]
j. Kurikulum 2013
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada
pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan
untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya,
bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,
sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan
lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa
sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki
masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum
2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji public Kurikulum 2013, yang
diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.[6]
C.
PRINSIP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
Proses Pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran
kurikulum 2013 adalah :
a.
dari
peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
b.
dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
c.
dari
pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
d.
dari
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
e.
dari
pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f.
dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi;
g.
dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
h.
peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
i.
pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
j.
pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
k.
pembelajaran
yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
l.
pembelajaran
yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa,
dan di mana saja adalah kelas;
m.
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan
n.
pengakuan
atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
D.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah/Madrasah
Pengembangan Kurikulum Berbasis
Sekolah/Madrasah dapat didefinisikan sebagai upaya pengembangan kurikulum
dengan menggunakan pendekatan botton up or school based Curriculum yang
memberi peluang secara utuh kepada sekolah/madrasah untuk melakukan
pengembangan kurikulum. Pendekatan tersebut merupakan lawan dari pendekatan centre
based or top down yang sedikit sekali melibatkan sekolah/madrasah dalam
pengambilan keputusan pengembangan kurikulum. Pendapat lain mengemukakan
pengertian Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah/Madrasah sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh beberapa atau keseluruhan anggota masyarakat
sekolah/madrasah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian
terhadap satu atau beberapa aspek kurikulum. Hal tersebut dilakukan dengan
selektif dan atau adaptif dan atau kreatif.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum
berbasis sekolah/madrasah bukanlah fenomena baru, tetapi sebetulnya sudah
terjadi di beberapa sekolah, dan sangatlah sulit membuat batasan secara jelas
atas pemahaman dari pengembangan kurikulum berbasis madrasah karena
pengembangan kurikulum berbasis sekolah/madrasah mencakup pemilihan individual
oleh seluruh staf. Oleh sebab itu, di dalam pengembangan kurikulum berbasis
sekolah/madrasah, pada tahap pertama kita perlu melakukan analisis situasi
sekolah dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
a.
Struktur
pendukung yaitu ketentuan administratif di dalam pengimplementasiannya baik di
dalam maupun di luar sekolah
b.
Stuktur
pengambilan keputusan yaitu ketentuan administratif di dalam sekolah untuk
mengoptimalkan partisipasi staf
c.
Pergerakan
akuntabilitas yaitu dampak dari kurikulum untuk semakin meningkatkan
akuntabilitas sekolah
d.
Perubahan
persepsi atas peran guru yaitu kemampuan para staf di dalam menyesuaikan peran
barunya sebagai pengembang kurikulum daripada hanya sekedar pelaksana kurikulum
e.
Sistem
promosi yaitu melalui tranfer dan promosi
f.
Seorang
ahli sekolah yaitu yang memiliki pengalaman dan pengetahuan di dalam
pengembangan kurikulum. Laurie Brady (1946 : 11-13)
E.
Keuntungan dan Kelemahan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Madrasah
Beberapa keuntungan pengembangan
kurikulum berbasis sekolah/madrasah yang dapat diidentifikasi adalah :
1)
Guru-guru
lokal dapat menentukan penggunaan sumber-sumber daya sekolah dengan baik.
2)
Mereka
yang mengimplementasikan kurikulum adalah mereka yang telah mengembangkan kurikulum
tersebut. Ini memberikan suatu pemahaman yang lebih besar terhadap identifikasi
tugas-tugas belajar.
3)
Kebutuhan
siswa terpenuhi, hal ini akan memiliki suatu pengaruh kuat pada siswa. 4)
Akuntabilitas yang besar terhadap kurikulum dan penampilan guru terlihat.
4)
Para
orang tua dan anggota masyarakat dapat secara mudah terlihat dalam perencanaan
kurikulum yang bermakna.
5)
Dianggap
sebagai suatu kemampuan untuk melakukan rerspon terbaik terhadap kebutuhan
situasi kelas, kesadaran terbaik di antara para staf dan terlihat adanya hubungan
luas untuk memperbaiki kurikulum secara berkelanjutan.
Sedangkan kelemahan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Sekolah/Madrasah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1)
Kurangnya
strukturstruktur pendukung untuk para administrator dan guru.
2)
Sindrom
konformitas para administrator dan guru mengurangi kreativitas.
3)
Kurangnya
waktu bagi guru untuk melaksanakan pengembangan kurikulum berbasis
sekolah/madrasah.
4)
Kurangnya
guru yang berpengalaman atau terlatihdalam proses pengembangan kurikulum
berbasis sekolah/madrasah.
5)
Pergerakan
guru antar sekolah untuk promosi layanan negara dan semacamnya menghasilkan
suatu basis guru yang tidak stabil.
6)
Memerlukan
perubahan-perubahan signifikan pada peran guru dan administrator, yang secara
alamiah mennetang.
7)
Sekolah-sekolah
satu sama lain dengan cepat menjadi berbeda/tidak memilik langkah yang sama dan
tumpang tindih bisa muncul di antara sekolah-sekolah tersebut.
8)
Para
guru menganggap secara konsep SBCD merupakan model ideal, karena adanya lata
belakang pengumpulan informasi, adanya perencanaan dan evaluasi, adanya
kerjasama dengan orang lain, namun sangat kesulitan dan kontinuitas
pelaksanaan.
9)
persoalan
dana,persepsi perioritas kompetensi dan permasalah kemampuan para staff. Murray
Print : (1993 : 21-22)[7]
[1] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press,2007), 10-12
[2] Prof. Dr. H.
Abdullah Idi, M,Ed, Perkembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta:
Ar-Ruzz Media, cet, 3, 2016), h. 13
[3]
Sukardjo,M,, dkk; Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya; (Jakarta;
2012), h. 143
[5]
Taqwim Islami, Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia, http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-kurikulum-diindonesia,
diunduh pada rabu, 23 April 2014
[7] Muhammad
Nasir, Perkembangan Kurikulum Berbasis Madrasah, (Jurnal), h. 6-9
diunduh pada tanggal 12 April 2018, pukul 13:45
If you're attempting to lose pounds then you have to get on this brand new tailor-made keto meal plan diet.
BalasHapusTo create this keto diet, licenced nutritionists, fitness trainers, and top chefs have united to provide keto meal plans that are efficient, convenient, economically-efficient, and delicious.
Since their launch in 2019, thousands of individuals have already remodeled their body and health with the benefits a smart keto meal plan diet can provide.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones provided by the keto meal plan diet.